Mencoba memahami diri sendiri terkadang butuh waktu dan perjuangan apalagi harus memahami perasaan dan hati orang lain. Orang lain bisa dari keluarga, pacar, sahabat, dan orang terdekat kita. Memahami manusia menurut ku tidak akan ada habisnya. Begitu banyak manusia di bumi ini dengan kepala yang berbeda - beda membuat manusia itu beragam mulai dari cara bertindak, berpakaian, kepribadiannya, bahkan pandangan yang berbeda juga. Hal ini sedikit memicu aku untuk kepo akan hal hal ini. Banyak buku yang diterbitkan untuk fokus membahas masalah ini, salah satunya adalah buku yang berjudul "Kitab Bahasa Tubuh" karangan Allan dan Barbara Pease. Buku ini membuka mata kita bahwa manusia dengan bergam jenisnya memiliki kemauan dan keinginan yang berbeda - beda. Manusia secara tidak sadar terkadang memperlihatkannya melalui berbagai geraakn tubuhnya yang sering kali tidak kita duga bahkan tidak kita sadari sendiri. Saya tertarik membicarkan ini, karena saya bertanya apakah ada buku atau tulisan yang membahas mengenai komunikasi dan cara membaca manusia melalui prantara digital seperti aplikasi WA, IG, Twitter, dan lainnya. Karena baru baru ini aku sebagai mahasiswa semester 4 sedang menjalani kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang mana kami diharuskanuntuk pergi dan menetap di desa yang sudah di tetapkan dari kampus selama kurang lebih 1 bulan. Ini adalah pengalaman pertama kalinya aku menapakkan kaki di desa yang jauh dari kesibukan kota dan suasana alam yang masih asri dan sejuk.
Mungkin bagi ku pengalaman ini bisa dibilang menarik dan menantang karena aku bisa merasakan atmosfere baru . Di lain sisi ini adalah masa - masa yang berat bagi ku karena aku harus meninggalkan segala kebiasaan dan kegiatan ku di Malang selama 1 bulan penuh. Aku di satu sisi harus rela meninggalkan kegiatan OMK ku yang mana aku berperan dalam anggota Band gereja yang sangat aku nikmati tiap minggu nya. Selain itu, aku di perkuliahan ini memiliki seorang kekasih yang aku sangat sayangi. Dia kebetulan juga menempuh KKN ini namun berlokasi di desa yang berbeda dengan ku. Ia kebetulan mendapatkan desa yang berada di kampung halamannya sendiri. Sebenarnya tidak ada yang masalah dari hal itu, tapi dipisahkan jarak dan waktu terkadang membuatku gelisah dan khawatir. Banyak hal yang sering kupikirkan namun terkadang apa yang kupikirkan tidak jelas dan arahnya. Maka dari itu satu satunya hal yang bisa kita lakukan adalah kontak secara virtual. Ini pengalaman LDR terlama dalam hidupku dan aku sangat benci akan hal itu. Pernah sesekali kami terlibat cekcok yang membuat kami berdua gusar. Terkadang permasalahan datang dari salah satu pihak. Terkadang terbatasnya waktu dan jauhnya jarak membuat ada saja masalah yang timbul.
Maka dari itu dari tulisan ini aku bertanya - tanya apakah dengan semakin jauhnya jarak dan perantara media komunikasi secara virtual membuat masalah semakin terasa dibanding dengan intensitas bertemu secara langsung tanpa terlibat jauhnya jarak dan perbedaan waktu? apakah benar masalah yang timbul itu diakibatkan adanya rasa saling merindukan satu sama lain? atau kedua pihak saling struggle untuk tetap bertahan di situasi yang mengharuskan mereka berpisah sementara?
Maaf ini memang ga jelas
Komentar
Posting Komentar